gue lagi ngerjain Perilaku keorganisasian dan alhamdulilah dapetin sumbernya :D
http://faculty.ksu.edu.sa/alkelabi/Corsoures/OB12_08in.ppt
ini juga nih.. gue dapet jawaban kasusnya ..alhamdulilah banget ngebantu
http://www.slideshare.net/evaa26/case-incidence-the-upside-of-anger
ini juga udah gue bikin ringkasan Bab'a.. alhamdulilah semua dimudahkan
Emosi dan Suasana Hati
A. Apakah
Afek, Emosi, dan Suasana Hati?
Afek adalah sebuah
istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Afek merupakan
sebuah konsep yang meliputi baik emosi maupun suasana hati. Emosi adalah
perasaan-perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu.
Sedangkan Suasana Hatiadalah perasaan-perasaan yang cenderung
kurang intens dibanding emosi dan seringkali tanpa rangsangan kontektual.
1. Kumpulan
Dasar Emosi
Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk membatasi dan mendefinisikan sekian banyak emosi ke dalam satu
kelompok fundamental atau dasar dari emosi. Rene Descartes menyebutkan enam
“nafsu sederhana dan primitive”, yaitu rasa kagum, cinta, benci, hasrat, gembira,
dan sedih. Namun beberapa peneliti berargumen bahwa tidak masuk akal untuk
memikirkan emosi-emosi dasar karna emosi lain yang jarang kita alami juga dapat
berpengaruh sangat kuat pada kita.
Dalam penelitian kontemporer,
psikolog telah mencoba mengidentifikasi emosi-emosi dasar dengan mempelajari
berbagai ekspresi wajah. Salah satu masalah dari pendekatan ini adalah,
beberapa emosi terlalu kompleks untuk diekspresikan melalui wajah. Sedikitb
kemungkinan para psikolog atau filsuf akan bisa sepenuhnya sependapat. Tetapi
cukup banyak peneliti yang masih setuju pada enam emosi dasar universal, bahkan
mengurutkannya dalam sebuah rangkaian kesatuan, yaitu bahagia, terkejut, takut,
sedih, marah, benci. Semakin dekat dua emosi terhadap emosi lainnya dalam rangkaian
ini, semakin besar kemungkinan dapat dibedakan. Selain itu, seperti yang akan
kita lihat lebih lanjut, faktir-faktor kultural juga dapat memengaruhi
interpretasi.
2. Beberapa
Aspek Emosi
a. Biologi
Emosi
Semua emosi berasal dari sistem
limbik otak. Orang-orang cenderung merasa paling bahagia ketika sistem limbik
mereka secara relatif tidak aktif. Ketika sistem limbik ‘memanas’,
emosi-emosi negatif seperti rasa marah dan bersalah mendominasi emosi-emosi
positif seperti kegembiraan dan kebahagiaan. Secara keseluruhan, sistem limbik
memberikan sebuah lensa dimana anda dapat menginterpretasikan
kejadian-kejadian. Ketika sistem itu aktif, anda melihat hal-hal dalam cahaya
negatif. Namun ketika tidak aktif, anda menginterpretasikan informasi secara
lebih positif.
b. Intensitas
Setiap orang memberika respon
yang berbeda-beda terhadap rangsangan pemicu emosi yang sama. Setiap orang
memiliki kemampuan bawaan yang bervariasi untuk mengekspresikan intensitas
emosional. Ada orang yang hampir tidak pernah menunjukkan perasaan mereka,
jarang marah, dan tidak pernah menunjukkan kemarahan. Sebaliknya, ada orang
yang sepertinya berada dalam sebuah roller coaster emosional.
Ketika bahagia, akan luar biasa gembira. Ketika bersedih, akan mengalami
depresi mendalam. Berbagai pekerjaan menuntut emosi yang berbeda.
c. Frekuensi
dan Durasi
Suksesnya pemenuhan tuntutan
emosional seorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada
emosi-emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya, tetapi juga pada seberapa
sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya.
d. Emosi
Membuat Kita Irasional
Astronom terkenal Carl Segan
pernah menulis, “Emosi yang kuat kemungkinan besar dapat membodohi diri kita
sendiri.” Pengamatan ini menyatakan bahwa rasionalitas dan emosi saling
bertentangan. Jika menampilkan emosi, kemungkinan anda akan bertindak sacara
irasional. Pengarang Lois Frankel menyarankan agar para wanita menghindari
bersikap emosional di tempat kerja, karna hal itu dapat memengaruhi penilaian orang
lain terhadap kompetensi mereka.
e. Fungsi
Emosi
Dalam The Expression of
the Emotions in Man and Animals,Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang
seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi sangatlah
berguna karna memotivasi orang untuk terlibat dalam tindakan-tindakan penting
dalam bertahan hidup (Mis: mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung,
memilih pasangan, dll).
Teori Darwin tersebut didukung
oleh para peneliti yang berfokus padapsikologi evolusioner. Bidang
penelitian ini mengatakan bahwa kita harus mengalami emosi, baik emosi positif
maupun negatif, karna hal ini berguna terhadap suatu tujuan. Meski
kita cenderung menganggap kemarahan sebagai hal buruk, sebenarnya kemarahan
dapat membantu melindungi hak-hak kita yang telah dilanggar menurut perasaan
kita. Contohnya, ketika seseorang marah karena merasa terganggu oleh rekan
kerjanya, sebenarnya ia memberikan peringatan kepada orang-orang disekitarnya
agar tidak melakukan hal yang sama yang membuatnya marah.
3. Suasana
Hati sebagai Afek Positif dan Negatif
Salah satu cara
mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah hal itu positif atau
negatif. Bila emosi dikategorikan menjadi dua kelompok positif dan negatif,
maka akan menjadi suasana hati. Sebab sekarang ini, emosi dipandang lebih umum.
Perhatikan Srtuktur Suasana Hati. Jadi kita bisa menganggap afek
positif sebagai sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas
emosi-emosi positif seperti kesenangan, ketenangan diri, dan kegembiraan pada
ujung tinggi dan kebosanan, kemalasan, dan kelelahan pada ujung rendah. Afek
negatif adalah sebuah dimensi suasana hati yang terdiri dari keggupan,
stres, dan kegelisahan pada ujung tinggi, serta relaksasi, ketenangan, dan
keseimbangan pada ujung rendah.
4. Sumber-sumber
Emosi dan Suasana Hati
a. Kepribadian
Kepribadian memberi kecenderungan
kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu. Beberapa orang
mempunyai kecenderungan untuk mengalami emosi apapun secara lebih intens.
Orang-orang seperti itu memiliki intensitas efek yang
tinggi.Intensitas Efek yaitu perbedaan individual dalam hal
kekuatan dimana individu-individu mengalami emosi mereka. Jadi, emosi-emosi
berbeda dalam dalam intensitas mereka, tetapi juga berbeda dalam bagaimana
mereka berkecenderungan untuk mengalami emosi secara intens.
b. Hari
dalam Seminggu dan Waktu dalam Sehari
Sebagian besar orang berada di
tempat kerja atau sekolah pada hari Senin-Jum’at. Dengan demikian, sebagian
besar orang akan memanfaatkan akhir minggu untuk bersantai dan
bersenang-senang. Berarti bahwa orang-orang berada pada suasana hati terbaik di
akhir minggu. Seperti yang ditunjukkan pada gambar, orang-orang cenderung
berada dalam suasana hati terburuk (afek negatif tertinggi dan afek positif
terendah) di awal minggu dan suasana hati terbaik (afek positif tertinggi dan
afek negatif terendah) di akhir minggu.
c. Cuaca
Banyak orang percaya bahwa
suasana hati mereka berhubungan dengan cuaca. Tetapi bukti menunjukkan bahwa
cuaca memiliki sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Korelasi ilusif menjelaskan
mengapa orang-orang cenderung berpikir bahwa cuaca yang menyenangkan
meningkatkan suasana hati mereka. Korelasi ilusif merupakan
kecenderungan orang-orang untuk mengasosiasikan dua kejadian yang pada
kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.
d. Stres
Stress memengaruhi emosi dan
suasana hati. Di tempat kerja, kejadian sehari-hari yang menimbulkan stress,
juga pengaruh dari stress yang tertumpuk dari waktu ke waktu, secara negative
memengaruhi suasana hati karyawan. Tingkat stress dan ketegangan yang menumpuk
di tempat kerja dapat memperburuk suasana hati karyawan, sehingga menyebabkan
mereka mengalami lebih banyak emosi negatif. Walaupun kadang kita mencoba
mengatasi stress, namun sebenarnya stress mulai memengaruhi suasana hati kita.
e. Aktivitas Sosial
Penelitian mengungkapkan bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik,
informal, atau Epicurean (makan bersama orang lain) lebih
diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana yang positif dibandingkan
kejadian-kejadian formal.
f. Tidur
Kualitas tidur mempengaruhi suasana hati. Satu dari alasan mengapa tidur
yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam
suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengambilan keputusan
dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
g. Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan suasana
hati positif, tetapi tampaknya berpengaruh kuat terhadap mereka yang mengalami
depresi.
h. Usia
Suatu penelitian terhadap orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun
mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang terjadi seiring
bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang yang lebih tua, suasana hati
positif yang tinggi bertahan lebih lama dan suasana hati yang buruk menghilang
dengan lebih cepat.
i. Gender
Sudah menjadi keyakina umum bahwa wanita lebih menggunakan perasaan mereka
dibandingkan pria—bahwa mereka bereaksi lebih secara emosional dan mampu
membaca emosi orang lain dengan lebih baik.
5. Batasan-batasan Eksternal pada Emosi
Setiap organisasi mendefinisikan batasan-batasan yang mengidentifikasi
emosi-emosi yang dapat diterima dan sampai tingkat mana karyawan dapat
mengekspresikannya. Kultur juga menetapkan batasan-batasan. Dalam bagian ini,
kita melihat pengaruh organisasi dan kultural pada emosi.
a. Pengaruh-pengaruh Organisasi
Pada umumnya iklim dalam suatu organisasi yang dikelola dengan baik adalah
iklim yang berusaha untuk bebas dari emosi.
b. Pengaruh-pengaruh Kultural
Secara umum, lebih mudah bagi orang untuk mengenali emosi secara lebih
akurat dalam kultur mereka sendiri daripada kultur-kultur lain.
B. Kerja Emosional
Kerja emosional adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang
diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat
kerja.
1. Emosi yang Dirasakan versus Emosi
yang Ditampilkan
- Emosi yang
dirasakan adalah emosi sebenarnya dari seorang individu.
- Emosi yang
ditampilkan adalah emosi-emosi yang diharuskan secara organisasional dan
dianggap sesuai dalam sebuah pekerjaan tertentu.
- Berpura-pura
dipermukaan adalah menyembunyikan perasaan mendalam seseorang dan menghilangkan
ekspresi-ekspresi emosional sebagai respons terhadap aturan-aturan penampilan.
- Berpura-pura
secara mendalam adalah berusaha mengubah perasaan mendalam seseorang
berdasarkan aturan-aturan penampilan.
2. Apakah Pekerjaan-pekerjaan yang
Menuntut secara Emosional Dibayar Lebih Tinggi?
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang menuntut secara kognitif, tuntutan emosional
yang semakin besar akan dibayar lebih baik. Tetapi untuk pekerjaan-pekerjaan
yang tidak menuntut secara kognitif, tuntutan emosional yang semakin besar akan
dibayar lebih buruk.
C. Teori Peristiwa Afektif
Teori peristiwa afektif (AET) adalah sebuah model yang menyatakan bahwa
peristiwa-peristiwa di tempat kerja menyebabkan reaksi-reaksi emosional di
bagian karyawan, yang kemudian mempengaruhi sikap dan perilaku di tempat kerja.
AET intinya mempunyai dua pesan penting, yaitu:
1. Emosi-emosi menyediakan wawasan yang
berharga untuk memahami perilaku karyawan. Dalam model ini menggambarkan
situasi dimana ada cek cok dan suasana gembira di tempat kerja yang dapat
mempengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan.
2. Karyawan dan manajer seharusnya tidak
mengabaikan emosi dan peristiwa yang menyebabkan hal tersebut terjadi, bahkan
ketika itu merupakan hal yang tidak penting, sebab suatu hal kecil dapat
berubah menjadi hal besar.
D. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional berarti kemampuan seseorang mendeteksi dan mengelola
petunjuk-petunjuk serta informasi emosional. Individu-individu yang memiliki
kecerdasan emosional akan menjadi individu yang efektif di dalam melakukan
pekerjaan. Kecerdasan emosional sendiri terdiri dari lima dimensi, yaitu:
· Kesadaran diri artinya
anda sadar atas apa yang anda lakukan ataupun rasakan.
· Manajemen diri artinya
anda mempunyai kemampuan untuk mengelola emosi dan dorongan-dorongan pada diri
anda sendiri.
· Motivasi diri artinya
anda memiliki kemampuan untuk bertahan dalam menghadapi kegagalan dan
kemunduran pada diri anda akibat kehilangan motivasi.
· Empati artinya
anda memiliki kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain di sekitar
anda (anda tidak menjadi individu yang cuek).
· Keterampilan
sosial artinya anda mempunyai kemampuan menangani emosi-emosi orang
lain.
1. Kasus-kasus yang Mendukung
Kecerdasan Emosional
a. Daya tarik intuitif
Sebagian besar orang setuju bahwa memiliki kecerdasan jalanan dan
kecerdasan sosial itu bagus. Jadi individu yang mampu mendeteksi emosi individu
lain, mengendalikan emosinya sendiri, dan menangani interaksi sosial dengan
baik, merupakan individu yang akan bertahan lama di dalam dunia bisnis.
Contohnya: para rekanan dalam sebuah perusahaan multinasional yang mempunyai
nilai di atas rata-rata ukuran kecerdasan emosional menghasilkan $1,2 juta
lebih banyak dalam bisnis ketimbang rekanan-rekanan lainnya.
b. Kecerdasan emosi meramalkan
kriteria yang penting
Law dkk (2004) menyatakan bahwa kecerdasan emosi dapat meramalkan kinerja
karyawan dalam sebuah pabrik rokok di Cina. Van Rooy and Viswesvaran (2004)
membuktikan ada 59 penelitian mengindikasikan bahwa secara komprehensif
kecerdasan emosi berhubungan secara moderat dengan kinerja pekerjaan.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas maka memberikan bukti kuat bahwa
kecerdasan emosi tingkat tinggi mempengaruhi kinerja seseorang menjadi lebih
baik dalam pekerjaannya.
c. Kecerdasan emosi berbasis
biologis
Penelitian yang dilakukan oleh Bar-On dkk (2003) menunjukkan bahwa
orang-orang dengan kerusakan otak yang mengatur pemrosesan emosional memiliki
nilai signifikansi yang rendah pada tes kemampuan emosi. Kemampuan emosi
berbasis secara neurologi yang tidak berhubungan dengan ukuran-ukuran
kecerdasan standar dan orang-orang yang menderita kerusakan neurologi tersebut
memiliki nilai rendah pada kecerdasan emosi dan membuat keputusan yang lebih
buruk dibandingkan orang-orang yang mampu berpikir sehat.
2. Kasus-kasus yang Menentang Kemampuan
Emosi
a. Kecerdasan emosi merupakan konsep
yang samar
Masih banyak peneliti yang tidak jelas dengan maksud konsep kecerdasan
emosi. Perbedaan fokus peneliti menyebabkan sulitnya mendefinisikan kecerdasan
emosi. Locke (2005) menyatakan bahwa konsep kecerdasan emosi menjadi sangat
luas dan komponen-komponennya sangat beragam sehingga...hal tersebut bahkan
bukan lagi merupakan sebuah konsep kecerdasan
b. Kecerdasan emosi tidak dapat diukur
Banyak kritik mengenai kecerdasan emosi dan menimbulkan pertanyaan tentang
pengukuran kecerdasan emosi. Misalnya, terdapat satu ukuran meminta Anda untuk
mengasosiasikan perasaan tertentu dengan warna tertentu, seperti warna hijau
selalu membuat kita merasa sejuk, bukan merasa marah. Conte (2005) menyatakan
bahwa ukuran-ukuran kecerdasan emosi sangat bervariasi dan para peneliti belum
menjadikan hal ini sebagai subjek penelitian yang diteliti seperti ketika
mengukur kepribadian dan kecerdasan umum.
c. Validitas kecerdasan emosi
masih dipertanyakan
Decker (2003) menyatakan bahwa kecerdasan emosi sangat berhubungan dengan
ukuran-ukuran kepribadian, khususnya stabilitas emosional. Namun
belum ada cukup riset mengenai apakah kecerdasan emosi menambah
wawasan melampaui ukuran-ukuran kepribadian dan kecerdasan umum dalam
meramalkan kinerja pada pekerjaan.
E. Aplikasi-Aplikasi Perilaku Organisasi
Terhadap Emosi Dan Suasana Hati
1. Seleksi
Ada satu bukti kecerdasan emosi bahwa para pemberi kerja harus
mempertimbangkan kecerdasan emosi sebagai salah satu faktor dalam proses
perekrutan karyawan. Sekarang ini banyak pemberi kerja menggunakan
ukuran-ukuran kecerdasan emosi untuk mempekerjakan orang. Contohnya angkatan
udara di USA. Ditemukan bahwa para perekrut terbaik mempunyai kecerdasan emosi
yang tinggi. Calon yang direkrut jika mempunyai kecerdasan emosi tinggi kemungkinan
2,6 kali lebih berhasil ketimbang yang tidak mempunyai kecerdasan emosi atau
kecerdasan emosinya rendah (Spencer, dkk, 1997).
2. Pengambilan Keputusan
Para peneliti perilaku organisasi sampai saat ini masih berdebat mengenai
peran emosi dan suasana hati negatif di dalam decision making. Alloy
dan Abramsom (1979) menyatakan individu-individu yang tertekan membuat
penilaian-penilaian yang lebih akurat daripada orang yang tidak tertekan.
Namun, sekarang ini juga terdapat bukti bahwa orang yang tertekan akan membuat
keputusan yang lebih buruk daripada orang yang tidak tertekan. Sebab orang yang
tertekan akan lebih lambat dalam memproses informasi dan cenderung
mempertimbangkan semua pilihan yang ada daripada pilihan yang sangat mungkin
diambil (Ambady dan Gray, 2002). Emosi yang positif dapat membantu individu
untuk cepat mengambil keputusan sebab mereka akan memproses informasi dengan
cepat.
3. Kreativitas
Orang yang mempunyai emosi positif biasanya lebih kreatif karena mereka
akan terstimulus dengan adanya banyak ide di otak mereka. Para supervisor harus
aktif menjaga suasana hati positif karyawannya agar para karyawan lebih
kreatif. George dan Zhou (2001) malah menyatakan hal yang sebaliknya. Mereka
berpendapat individu yang berada dalam suasana hati positif justru mereka lebih
santai dan tidak terlibat di dalam pemikiran kritis yang dibutuhkan untuk
beberapa bentuk kreativitas. Pandangan tentang hal ini masih bersifat
kontroversial. Tetapi agar lebih aman, kita menyimpulkan bahwa untuk banyak tugas,
suasana hati positif dapat meningkatkan kreativitas.
4. Motivasi
Suasana hati dan emosi penting di dalam motivasi. Terdapat dua penelitian.
Penelitian pertama dilakukan oleh Erez dan Isen (2002), mereka meminta dua
kelompok orang (kelompok A dan B) untuk memecahkan sejumlah teka-teki kata.
Kelompok A melihat video lucu, maksudnya untuk menempatkan kelompok A pada
suasana hati yang positif sebelum disuruh memecahkan teka-teki. Sedangkan
kelompok B tidak disuruh melihat video lucu terlebih dahulu. Maka hasilnya,
kelompok A melaporkan ekspektasi yang lebih tinggi dalam memecahkan teka-teki
tersebut, berusaha lebih keras dan hasilnya mereka dapat memecahkan teka-teki
lebih banyak daripada kelompok B.
5. Kepemimpinan
Ketika para pemimpin yang efektif menginginkan perubahan-perubahan yang
nyata maka mereka mengandalkan “pembangkitan, pembangunan, dan mobilisasi
emosi.” (Ashforth dan Humphrey). Dengan membangkitkan emosi dan
menghubungkannya pada visi yang menarik, para pemimpin meningkatkan kemungkinan
bahwa para manajer dan karyawan akan menerima perubahan.
6. Konflik Antarpersonal
Konflik antarpersonal adalah konflik yang timbul di antara rekan kerja.
Sebenarnya keberhasilan seorang manajer di saat mencoba menyelesaikan konflik
ditentukan oleh kemampuan untuk mengenali elemen emosional dalam konflik dan
meminta pihak-pihak yang terlibat untuk mengendalikan emosi mereka. Ketika
elemen-elemen tersebut diabaikan oleh manajer dan hanya berfokus pada hal-hal
yang bersifat rasional, kemungkinan besar manajer tidak dapat menyelesaikan
konflik antarpersonal.
7. Negosiasi
Van kleef dkk (2004) menunjukkan bahwa negosiator yang pura-pura
marah mempunyai keunggulan terhadap lawan mereka. WHY? Sebab
ketika negosiator menunjukkan kemarahan maka lawan akan menyimpulkan bahwa
negosiator tersebut telah menyerahkan semua yang ia dapat dan dengan demikian
lawan menyerah. Menunjukkan emosi negatif bisa saja berdampak efektif tetapi
hal ini membuat penampilan Anda merugikan negosiasi-negosiasi Anda selanjutnya.
Shiv dkk (2005) mengungkapkan bahwa orang-orang yang menderita kerusakan pada
pusat emosional dari otak mereka dapat menjadi negosiator terbaik sebab mereka
mungkin tidak akan melakukan koreksi terlalu banyak terhadap hasil-hasil
negatif.
8. Pelayanan Pelanggan
Keadaan emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan terhadap
pelanggan, biasanya berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis dan tingkat
kepuasan pelanggan (Tsai and Huang, 2002). Pemberian pelayanan yang baik oleh
karyawan, membuat karyawan menuntut banyak hal karena mereka sering berada
dalam kondisi disonansi emosional. Terkadang emosi karyawan dapat berpindah ke
pelanggan, hal ini disebut penularan emosional. Contoh
penularan emosi adalah sebagai berikut ketika seseorang tertawa dan tersenyum
pada Anda, Anda mulai meniru perilaku orang tersebut. Baik penularan emosi
positif ataupun negatif tetap akan berpengaruh terhadap pelanggan.
9. Sikap Kerja
Ada ungkapan “jangan membawa masalah di tempat kerja ketika berada di rumah
atau sebaliknya”. Tetapi kenyataannya ungkapan tersebut sangat sulit untuk
dilakukan. Orang-orang yang mempunyai suasana buruk di tempat kerja biasanya
tetap membawanya ketika mereka berada di rumah. Mereka bisa jadi marah terhadap
anggota keluarga di rumah walaupun anggota keluarga tersebut tidak memiliki
masalah. Riset yang dilakukan oleh Rau tahun 2004 membuktikan bahwa orang-orang
yang mengalami hari penuh pressure di tempat kerja cenderung
kesulitan untuk rileks setelah mereka pulang ke rumah. Jadi meskipun sulit
dilakukan untuk tidak pernah membawa pekerjaan Anda pulang ke rumah, nampaknya
bagi sebagian besar orang sebuah suasana hati negatif sebagai hasil dari suatu
hari buruk di tempat kerja tidak terbawa ke hari berikutnya.
10. Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Emosi-emosi yang negatif dapat berdampak terhadap perilaku menyimpang di
tempat kerja. Contohnya adalah iri hati, ketika kita iri karena teman kerja
kita dipromosikan untuk menjadi direktur utama sedangkan kita tidak. Hal ini
biasanya berujung pada perilaku menyimpang, bisa saja kemudian kita menyebarkan
fitnah kepada teman kita yang hendak dipromosikan menjadi direktur utama. Lee
and Allen (2002) menyatakan bahwa orang-orang yang merasakan emosi negatif,
khususnya mereka yang merasa marah akan lebih mungkin terlibat dalam perilaku
menyimpang di tempat kerja daripada orang-orang yang merasakan emosi positif.
11. Bagaimana Para Manajer Mempengaruhi Suasana Hati
Para manajer dapat menggunakan humor dan memberikan karyawan penghargaan
kecil sebagai apresiasi terhadap pekerjaan yang sudah dilakukan dengan baik.
Hasil riset yang dilakukan oleh Cote and Saavedra (2005) mengindikasikan
bahwa ketika para pemimpin berada dalam suasana hati yang baik, anggota
kelompok menjadi lebih positif dan mereka akan lebih bekerja sama.
